Sabtu, 23 Mei 2015

Puisi Untuk Rohingnya

Puisi Untuk Rohingnya

Salam puisina , Inilah puisi untuk rohingnya , Jariku kaku mengetikan bait kata untuk cinta ,lidahku kelu mengucapkan kalimat asmara . Bia...

Puisi Untuk Rohingnya
Salam puisina , Inilah puisi untuk rohingnya , Jariku kaku mengetikan bait kata untuk cinta ,lidahku kelu mengucapkan kalimat asmara . Biarlah air mata yang bicara mungkin dia lebih fasih mengungkapkan perasaan ini . Ku bukanlah politisi yang punya otoritas mengatur jalanya birokrasi , ku juga bukan ahli setrategi bagaimana mengatasi masalah yang terjadi . Aku hanya manusia biasa yang sedikit punya nurani , yang tak tega melihat manusia teraniaya , manusia terusir dari negaranya dan terkatung-katung hidupnya .

Lihat dan dengarlah di sana
orang-orang bergerak berteriak di ujung putus asa

Debu mengepul oleh sepakan kuda
denting gemerincing pedang beradu
moncong-moncong senapan muntahkan asap mesiu
dentum meriam bercampur desing peluru

Puing-puing reruntuhan penuh arang dan abu
mayat-mayat bergelimpangan hitam membiru
keringat, darah dan air mata mengalir sepanjang waktu

Pembangunan dan penghancuran
perbaikan dan perusakan
pengobatan dan penyiksaan
penyelamatan dan pembunuhan
kehidupan dan kematian

Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian

Perang antar manusia, lagu abadi memilukan
di medan terbuka, pemukiman warga, terminal, bandara, dan jalan- jalan raya
di ruang- ruang sidang, rapat kerja dan mimbar agama
di perkantoran, gedung dewan dan istana raja

Kata-kata mewakili dahsyatnya senjata
diplomasi, orasi, presentasi, persuasi dan argumentasi
Tarik-menarik kepentingan, dorong-mendorong kebutuhan, desak-mendesak keinginan
Saling tuding saling todong, saling cekal saling jegal, saling sikut saling sudut
dengan segala cara yang konon terhormat dan bermartabat

Aroma perang tetap saja berkobaran
Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian.

Bumi terheran, langit bertanya, pertanyaan abadi
“Apa yang kau cari wahai penghuni bumi?“

Demikian puisi untuk rohingnya mudah-mudahan bisa mewakili perasaan ini , yang tersiksa karena melihat manusia terbuang dan teraniaya . Mereka yang selamat sampai sini mungkin bisa di bilang masih beruntung , saya percaya pasti masih ada yang terombang-ambing di tengah lautan , ada juga yang masih di sekap dan di siksa . Entahlah.... hanya doa yang aku bisa ...
Comments
0 Comments
Breaking News
Loading...
Kirim Puisi
Press Esc to close
Copyright © 2013 Puisina.Com All Right Reserved